Gambar: REUTERS/Kevin Coombs

Terungkap, Inilah Alasan Mengapa Keberadaan AC Di Prancis Sangat Jarang

Kamis, 08 Agu 2024

Memasuki minggu kedua pelaksanaan Olimpiade Paris 2024, telah terjadi berbagai drama di kalangan para atlet. Salah satu peristiwa menarik yang terjadi selama Olimpiade ini adalah kondisi cuaca di Prancis yang sangat panas, tanpa adanya pendingin ruangan. Sebagai langkah antisipasi, para atlet dari Amerika Serikat dan Indonesia sepakat untuk membawa AC Portable ke dalam kamar mereka di Desa Atlet untuk mengatasi suhu yang ekstrem.

Dalam sebuah video yang diunggah di akun TikTok resmi Kontingen Indonesia (@timindonesiaofficial), terlihat para ofisial dan relawan sedang mengangkut beberapa unit AC Portable untuk ditempatkan di kamar atlet Indonesia.

Selamat pagi, saat ini kami berada di desa atlet, berencana untuk memasang pendingin udara di kamar para atlet. Pendingin udara yang digunakan adalah jenis portable dan kami mendapatkan bantuan dari para relawan," kata seorang ofisial Tim Indonesia, seperti yang dilaporkan pada Kamis (8/8/2024).

"Cuaca di Paris saat ini sedang dalam musim panas, sehingga kami memerlukan pendingin udara," tambahnya.

Selain itu, atlet renang asal Italia, Thomas Ceccon, bahkan memilih untuk tidur di taman kompleks dengan hanya beralaskan handuk agar terhindar dari panasnya kamar. 

Ceccon menyatakan kekecewaannya terhadap kondisi fasilitas di Desa Atlet Olimpiade Paris 2024. Ia mengeluhkan ketidakmampuannya untuk beristirahat akibat suhu yang tinggi, kebisingan, dan tempat tidur yang tidak nyaman.

"Tidak ada pendingin udara di kamar, cuacanya sangat panas, dan makanan yang disediakan tidak enak. Banyak atlet yang memutuskan untuk pindah karena masalah ini. Ini bukan sekadar alasan, tetapi kenyataan yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang," kata Ceccon, seperti yang dilansir dari The Sun.

"Saya merasa kecewa karena tidak berhasil mencapai babak final, tetapi saya juga sangat lelah. Tidur dengan baik di malam maupun siang hari menjadi sangat sulit. Di sini, saya benar-benar berjuang melawan panas dan kebisingan," tambahnya.

Mengapa tidak terdapat kamar di area akomodasi para atlet selama berlangsungnya acara di Prancis? Sebelumnya, Laurent Michaud, Direktur Desa Olimpiade dan Paralimpiade Paris 2024, menjelaskan bahwa beberapa bangunan di Desa Atlet dilengkapi dengan lantai dasar yang menggunakan sistem pendingin udara tradisional. Namun, tempat tinggal para atlet ini memanfaatkan "pendingin panas bumi" sebagai alternatif untuk AC.

Sistem ini diklaim mampu mengambil air yang didinginkan hingga 4 derajat Celsius dari sumur yang terletak 70 meter di bawah tanah di pembangkit listrik tenaga panas bumi terdekat, kemudian menyalurkannya melalui pipa yang terpasang di bawah lantai setiap bangunan.

Michaud menyatakan bahwa air dingin tersebut dapat menurunkan suhu gedung antara 6 hingga 10 derajat Celsius dibandingkan dengan suhu di luar ruangan.

Walaupun sistem ini akan diatur di tingkat gedung, setiap apartemen dilengkapi dengan alat kontrol yang memungkinkan penghuni untuk menyesuaikan suhu hingga 2 derajat Celsius di masing-masing unit. Selain itu, sistem ini juga berfungsi untuk memanaskan apartemen pada musim dingin.

Selain pertimbangan keberlanjutan yang diusung oleh penyelenggara Olimpiade Paris 2024, negara-negara di Eropa umumnya tidak menggunakan pendingin udara (AC) karena pengaruh budaya dan kondisi iklim di wilayah tersebut. 

Menurut laporan dari The Washington Post, mayoritas masyarakat Eropa memandang AC sebagai barang mewah yang tidak diperlukan dan dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu, mereka lebih memilih alternatif seperti kipas angin manual, membasahi handuk, atau menggunakan es batu saat musim panas.

Selama bertahun-tahun, para pemimpin dan intelektual Eropa telah mengkritik ketergantungan Amerika Serikat pada penggunaan AC. Sebagai hasil dari pandangan tersebut, diperkirakan hanya sekitar tiga persen rumah di Jerman dan kurang dari lima persen rumah di Prancis serta Inggris yang dilengkapi dengan unit AC.

"AC mencemari, sering kali terlalu dingin, dan menciptakan udara yang tidak alami. AC dapat menyebabkan sakit dan pusing. AC membuat Anda terkurung di dalam ruangan dan membuat saya merasa seperti buah prem yang sudah terlalu matang," ungkap salah satu warga Prancis, seperti yang dikutip dari Slate.

Sebagian besar penyebabnya adalah karena secara historis, negara-negara Eropa mengalami musim panas yang lebih hangat namun tidak seintensif di Amerika Selatan. Bahkan pada hari-hari yang sangat panas, udara di Roma, Italia, dikatakan tidak selemabap seperti di Seoul, Korea Selatan; Tokyo, Jepang; atau Washington, AS.

Menurut informasi dari Slate, masyarakat Prancis cenderung enggan membeli pendingin udara karena merasa sudah memiliki fasilitas tersebut di mobil dan kantor mereka. Selain itu, terdapat pajak sebesar 20 persen untuk penggunaan AC di Prancis.

Di samping itu, musim panas di Eropa tergolong cukup singkat, biasanya berlangsung hanya dari bulan Juni hingga Agustus. Selama periode ini, warga Eropa umumnya memilih untuk berlibur sehingga tidak merasakan panas di dalam rumah mereka.

Selanjutnya, banyak rumah di Eropa dilengkapi dengan sistem adaptasi yang ramah lingkungan, seperti penutup jendela eksternal yang dapat menghalangi sinar matahari masuk atau gerbang antipanas yang dapat digulung.

Di samping itu, Oui di Prancis menyatakan bahwa penduduk Prancis biasanya membuka jendela rumah mereka ketika merasakan panas. Mereka berpendapat bahwa membuka jendela pada malam hari dapat memberikan sensasi kesejukan di dalam rumah.

Sementara itu, pada siang hari, masyarakat Prancis cenderung menutup jendela. Hal ini membuat suasana di dalam ruangan menjadi lebih sejuk dan nyaman.

Lebih lanjut, orang Prancis meyakini bahwa mereka memiliki keunggulan genetik, yaitu mekanisme pendinginan tubuh yang lebih efisien. Selain itu, mereka juga mengklaim telah beradaptasi dengan lingkungan yang tidak dilengkapi dengan pendingin udara.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Komentar