Penyebab kecelakaan pesawat Jeju Air di Bandara Muan, Korea Selatan, masih menghadapi tantangan untuk diungkapkan. Rekaman selama empat menit yang terdapat dalam kotak hitam pesawat tersebut, yang merekam aktivitas penerbangan, hilang sebelum terjadinya insiden tragis itu. Kementerian Transportasi Korea Selatan menginformasikan bahwa kotak hitam yang menyimpan data penerbangan serta perekam suara kokpit pesawat Jeju Air yang mengalami kecelakaan ternyata berhenti merekam empat menit sebelum kejadian tersebut. Pesawat Boeing 737-800 yang terbang dari Thailand mengalami pendaratan darurat di Bandara Muan dan meledak menjadi bola api setelah menabrak penghalang beton, seperti dilaporkan oleh kantor berita AFP pada Sabtu (1/11). Kecelakaan tragis ini mengakibatkan 179 orang kehilangan nyawa. Analisis menunjukkan bahwa data dari CVR dan FDR tidak terdaftar selama empat menit sebelum terjadinya tabrakan pesawat dengan localiser, demikian pernyataan dari Kementerian Transportasi Korea Selatan, yang merujuk pada dua perangkat perekam tersebut. Localiser merupakan penghalang beton yang terletak di ujung landasan pacu, berfungsi untuk membantu proses pendaratan pesawat dan dianggap dapat meningkatkan tingkat keparahan kecelakaan. Rencana telah dibuat untuk menyelidiki faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya data selama proses investigasi kecelakaan yang sedang berlangsung, demikian tambahan pernyataan tersebut. Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 berangkat dari Bangkok, Thailand, menuju Muan di bagian barat daya Korea Selatan, mengalami kecelakaan pada hari Minggu, 29 Desember 2024. Insiden tersebut mengakibatkan 179 orang meninggal dunia dan 2 orang berhasil selamat. Dua anggota awak pesawat yang berada di bagian ekor Boeing 737-800 berhasil diselamatkan oleh tim penyelamat. Seorang pejabat dari kementerian transportasi menyatakan bahwa salah satu dari korban selamat dalam kondisi kritis, sementara yang lainnya mendapatkan perawatan akibat luka-luka yang diderita. Penyelidikan Gabungan Penyelidik yang berasal dari Korea Selatan dan Amerika Serikat sedang melakukan penyelidikan terkait penyebab kecelakaan pesawat Jeju Air di Muan, yang telah menimbulkan kesedihan mendalam di seluruh negeri. Sebagai bentuk penghormatan, tugu peringatan didirikan di berbagai lokasi. Dalam penyelidikan ini, para ahli mempertimbangkan beberapa kemungkinan, termasuk tabrakan dengan burung, kerusakan pada roda pendaratan, serta adanya penghalang di landasan pacu. Sebelum kecelakaan terjadi, pilot sempat memberikan peringatan mengenai kemungkinan tabrakan dengan burung saat mencoba pendaratan pertama, namun pesawat akhirnya jatuh pada upaya pendaratan kedua ketika roda pendaratan tidak berfungsi dengan baik. Kepolisian Provinsi Jeonnam melaksanakan penggeledahan dan penyitaan di kantor Bandara Muan. Tindakan ini bertujuan untuk mengamankan berbagai materi yang berkaitan dengan kecelakaan pesawat Jeju Air. Menurut laporan dari kantor berita Yonhap pada Jumat (3/1), pihak kepolisian mengerahkan sekitar 30 penyidik untuk melakukan penggeledahan di kantor Jeju Air yang terletak di Seoul serta di kantor Muan dari Kantor Penerbangan Regional Busan pada Kamis (2/1) mulai pukul 09.00 pagi. Proses penggeledahan tersebut selesai pada pukul 14.00 dan 19.00 di hari yang sama. Polisi telah mengumpulkan sejumlah bukti yang berkaitan dengan keabsahan sistem localiser bandara, termasuk dinding beton yang mendukung susunan antena yang berada di dekat landasan pacu pada saat kejadian, serta rekaman komunikasi antara menara kontrol dan pilot beberapa saat sebelum kecelakaan pesawat terjadi. Selain itu, pihak kepolisian juga berusaha untuk mengamankan rekaman dari kamera pengawas yang terletak di sekitar landasan pacu, serta rekaman yang berhubungan dengan operasional dan pemeliharaan pesawat tersebut. "Surat perintah penggeledahan dikeluarkan berdasarkan tuduhan kelalaian profesional yang menyebabkan terjadinya kematian," ungkap para pejabat.