Pada akhir pekan yang lalu, terjadi insiden pada penerbangan Korean Air. Pesawat tersebut tiba-tiba terjun dari ketinggian 26.900 kaki (7,6 km) hanya dalam waktu 15 menit, menyebabkan 17 penumpang harus dirawat di rumah sakit. Akibat kejadian tersebut, pesawat Korean Air KE189 terpaksa dialihkan karena mengalami kerusakan. Pesawat tersebut diketahui merupakan Boeing 737 Max 8. Dalam pernyataan tersebut, manajemen meminta maaf atas kejadian tersebut. Maskapai penerbangan terkemuka ini mengakui bahwa mereka sedang melakukan penyelidikan terhadap hal tersebut. "Kami sepenuhnya bekerja sama dengan semua otoritas terkait untuk menyelidiki kejadian ini. Kami telah memberikan dukungan penuh kepada penumpang yang terkena dampak, termasuk akomodasi, makanan, dan pengaturan transportasi," ujar Korean Air dalam pernyataannya yang dikutip pada Selasa (25/6/2024). Bagaimana sebenarnya urutan kejadian dan faktor-faktor yang menyebabkannya? Berdasarkan laporan dari kantor berita Yonhap, kejadian tersebut terjadi pada Sabtu, 22 Juni yang lalu. Penerbangan KE189 berangkat dari Korea menuju Taiwan pada pukul 16.45 waktu setempat dengan 125 penumpang di dalamnya. Setelah terbang selama 50 menit, terjadi kesalahan pada sistem tekanan udara Boeing 737 Max 8 yang menyebabkan alarm berbunyi di dalam pesawat. Akibatnya, pesawat tersebut turun dengan cepat sejauh 26.900 kaki hanya dalam waktu 15 menit. Hal tersebut juga terlihat dalam data pelacak penerbangan online Flightradar24. Pada saat itu, pesawat sedang terbang di atas pulau resor Jeju di Korea Selatan. Laporan Korea JoongAng Daily menyebut bahwa penerbangan tersebut akhirnya kembali ke Bandara Incheon karena situasi darurat. Kejadian ini terjadi tiga jam setelah lepas landas atau sekitar pukul 19.40 waktu setempat. Juru bicara Korean Air mengumumkan bahwa sedang dilakukan investigasi menyeluruh untuk menentukan penyebab kegagalan sistem tekanan. Tujuannya adalah untuk mengatasi masalah perawatan sebelum pesawat kembali beroperasi. Sebagai akibat dari insiden tersebut, sebanyak 17 penumpang dilaporkan mengalami hiperventilasi dan nyeri telinga. Setelah mendarat di Taichung, Taiwan, 17 penumpang tersebut mendapatkan perawatan di rumah sakit. Namun, mereka telah dipulangkan tanpa cedera serius setelah mendapatkan penanganan medis di Korea. Meskipun demikian, tidak ada korban yang mengalami cedera serius. Penerbangan kemudian dilanjutkan keesokan paginya dengan menggunakan pesawat yang berbeda. Selama penurunan mendadak, penumpang menggambarkan suasana panik dan tertekan di dalam pesawat. Masker oksigen dikerahkan dan anak-anak menangis. Salah satu penumpang, yang bernama Tseng, mengungkapkan pengalamannya kepada The Taipei Times. Menurutnya, anak-anak di dalam pesawat tersebut menangis ketika masker oksigen keluar selama pesawat itu menukik. Dia menyatakan bahwa dirinya sendiri merasa takut pesawat itu akan menghantam tanah. Ini bukan kejadian pertama yang dialami oleh maskapai dari Negeri Ginseng. Pada awal tahun ini, sebuah pesawat Korean Airlines bersentuhan dengan pesawat Cathay Pacific Airways di Bandara New Chitose di pulau Hokkaido di Jepang utara. Beruntung tidak ada korban luka.