Gambar: KOMPAS.com/FABIAN JANUARIUS KUWADO

Guru Dan Orangtua Harus Mengetahui Konsep Gamifikasi Agar Dapat Meningkatkan Semangat Belajar Anak

, 30 Jun 2024

Keseruan dan kegembiraan dalam permainan ternyata dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Dengan implementasi yang tepat, seseorang bahkan dapat terdorong untuk mencapai tujuan tanpa menyadarinya. Menurut Direktur Universitas Bina Nusantara Semarang, Fredy Purnomo, hal ini dikenal sebagai konsep gamifikasi.

Sederhananya, gamifikasi adalah penggabungan unsur dan prinsip dari permainan ke dalam kehidupan sehari-hari. Unsur dan prinsip tersebut meliputi sistem skor, level, dan hadiah. Sebagai contoh, Fredy menunjukkan bahwa salah satu konsep gamifikasi yang diterapkan ke dalam suatu sistem di dunia nyata adalah layanan ojek online.

Driver ojol telah menggunakan konsep ini. Contohnya, jika berhasil mengangkut sekian penumpang dalam jangka waktu tertentu, maka akan mendapatkan bonus. Beberapa e-commerce juga menerapkan hal yang sama bagi penggunanya," ungkap Fredy. Konsep ini sebenarnya erat kaitannya dengan digital marketing. Namun, konsep yang populer setidaknya sejak 10 tahun terakhir ini dapat diaplikasikan di berbagai aspek kehidupan. Salah satunya dapat diterapkan di dunia pendidikan. Pengajar atau orangtua disarankan untuk memahami konsep ini demi mempercepat perkembangan anak. "Anak seringkali malas dan menangis saat disuruh belajar. Namun, jika bermain gim, pasti akan merasa senang. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan konsep ini dalam pengembangan anak," tambahnya.

Dalam keadaan hati yang ceria, diharapkan seorang anak dapat lebih mudah mengeluarkan gagasan, ide, atau kemampuannya dengan baik. Dengan begitu, target yang ditetapkan akan lebih mudah tercapai. Fredy menegaskan, konsep gamifikasi harus dijaga agar tetap positif. Implementasi yang menuju ke arah negatif sebaiknya dicegah sebisa mungkin. Sebagai contoh, meminta seseorang untuk menutup mata saat menyeberang jalan bukanlah gamifikasi yang tepat. Hal seperti itu harus dihindari. Gamifikasi seharusnya menyenangkan," tambahnya.

Selain untuk guru dan orangtua, konsep ini juga dapat diterapkan oleh pimpinan di perusahaan. Dalam sesi brainstorming, pimpinan memberikan dua lembar kertas dengan warna berbeda kepada anggota timnya. Setiap orang diminta untuk menuliskan usulan di satu lembar kertas, dan tantangan di lembar kertas lainnya. Lembar kertas tersebut kemudian ditempelkan secara berkelompok dan terpisah sesuai dengan warnanya. "Dengan cara ini, pimpinan dapat melihat dengan jelas usulan ke depan dan hambatan yang selama ini dihadapi. Hal ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan," lanjutnya.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.

Komentar